Melebarkan Zona Nyaman

Ada orang yang tampak tangguh di luar tapi sebenarnya begitu rapuh di dalam. Ada juga mereka yang terlihat rapuh dari luar tapi sebenarnya tangguh. Tapi sebenarnya tidak ada orang yang benar-benar tangguh atau rapuh. Seperti bermain ayunan, kita semua bergerak dari satu posisi ke posisi yang lain. Kadang di satu waktu rapuh, di lain waktu tangguh. Tapi ketika kita merasa sangat rapuh cobalah untuk bersikap tangguh. Tegar atau teguh. Kalau tidak bisa, setidaknya berpura-puralah tangguh.

Sudah lebih dari sebulan berganti ke posisi baru. Langkah pertama kerap tidak mudah. Tapi tanpa memulai, semuanya bakal lebih terasa sulit. Satu hal yang menjadi pegangan selama ini adalah jangan takut untuk berbuat kesalahan. Mereka yang sudah lama bergulat di tempat yang lama pun kerap berbuat salah.

Semua ini tidak hanya berlaku buat saya yang baru bergeser ke desk olahraga. Semua orang saya rasa mengalami hal itu. Ketakutan akan hal baru. Semacam ketidakpastian karena kita berada di luar rutinitas atau kebiasaan. Yang tersulit mungkin bukan berada pada wilayah atau pekerjaan baru tapi teman baru.

Berbagi minuman, makanan, menghirup asap rokok meski kita tidak merokok, tertawa, kecewa, marah, mengeluh, memaki atau berjalan beriringan dan masih banyak lagi lainnya. Terasa sulit melepas itu semua. Sebenarnya tidak dengan sungguh-sungguh saya menulis kata sulit. Sebab masih ada kesempatan untuk berkunjung sesekali. Bicara soal kebersamaan atau mengungkit kejadian yang sudah lewat berminggu-minggu, bulan bahkan tahun.

Kita hanya perlu waktu untuk beradaptasi. Mendapatkan momentum yang tepat dan semuanya akan kembali normal seperti sedia kala. Bagi mereka yang bisa melewati itu, kita menyebutnya dengan zona nyaman yang baru.